Friday, February 21, 2014

Aku dan Pascal

Jarang aku merasakan otakku begitu tertekan dengan Satuan Pascal yang tak bisa ku kira berapa besarnya. Aku bingung dan aku linglung. Apa yang sebenarnya aku pikirkan? Lingkungan di sekitarku yang membuatku sangat sangat bingung. Aku bukan hanya bingung dan tertekan,tapi aku juga merasakan takut yang berlebihan. Aku takut wahai Tuhanku. Aku merasa banyak mata mata sinis melirikku,merasakan bahwa tempat aku berjalan tak mau untuk ku injak,merasakan banyak mulut mencibirku. Kekuranganku,ya itu.
Aku tak berani bertingkah ,melirik pun aku takut. Aku sendiri ,dengan ramai nya tempatku berdiri.
Cerita yang baru terjadi belakangan ini juga membuatku terpukul,aku tak tahu cerita yang mana. Semua membuatku bingung,dan aku merasakan aku kacau dan berbelit belit. Aku juga tak mengerti apa yg ku tulis,ku lantunkan,ku ucapkan, dan ku pikirkan. Aku seperti seseorang yang kehilangan ruh namun jiwanya utuh bersama detak jantung. Kucoba untuk menceritakan masalah yang kupunya pada orang yang ku percaya. Namun itu malah menambah masalah dalam hidupku,tak ada pemecahnya. Hingga akhirnya aku menceritakan semuanya pada-Mu ya Rab. Aku menemukannya. Aku hanya perlu menunggu dan mencoba lahir kembali. Menjadi diriku sendiri dengan percaya diri terhadap kekurangan yang kupunya,kekurangan yang selalu menjadi bahan cela'an.
Dua ekor kancil licik di Kandangku kini semakin menjadi jadi se iring perkembangannya. Kenakalan yang mereka buat terlalu berlebihan hingga batinku juga teriris jika melihat tingkah mereka yang teramat menjengkelkan. Mendengarkan jeritan tak kunjung berhenti di dinding dinding teratur ini . Aku ingin bebas! Bebas ku rasa jika ku pergi,namun ku rindu jeritan mereka. Dan di luar pun aku tambah tertekan.
Aku takut mengulangi kesalahanku,hingga aku memilih diam walau bukan diam yang nyata. Aku memilih tertutup. Entahlah.
Ya Tuhan,apakah ada tempat pembuangan untuk tekanan hidup?
.......